Dinda Juwita/Jawa Pos
’’Kolaborasi antar negara memerlukan pandangan yang sama pada beberapa hal. Indonesia memiliki banyak kerja sama dengan Korsel di berbagai sektor. Mulai dari kerja sama militer, ekonomi, dan lainnya. Sinergi keduanya juga berpotensi bisa terus ditingkatkan,’’ ujarnya dalam diskusi yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Korea Foundation (KF) baru-baru ini.
Radityo menjelaskan, middle power atau kekuatan tengah adalah istilah untuk menyebut negara dalam spektrum kekuatan internasional di posisi tengah dan berada di bawah negara adidaya atau superpower. Dengan kondisi itu, negara middle power berusaha untuk mengambil peran dalam forum-forum multilateral dalam rangka meningkatkan kapasitas mereka untuk memitigasi risiko bagi diri mereka sendiri.
Hal itulah yang sama-sama dilakukan oleh Indonesia dan Korsel sebagai sesama negara middle powers. ’’Indonesia, Korsel, dan negara middle powers lainnya akan bergabung bersama untuk menentukan strategi multilateral. Sebagai contoh adalah MIKTA (Mexico, Indonesia, Korsel, Turki, Australia),’’ imbuh Radityo.
Radityo melanjutkan, Indonesia bisa mengadopsi upaya masif yang dilakukan Korsel melalui upaya soft diplomacy. Dia pun meyakini hal itu mampu tercapai. Mengingat berbagai potensi yang dimiliki oleh Indonesia.
Mulai dari jumlah penduduk yang lima kali lipat penduduk Korea, ribuan suku dengan beraneka budaya, hingga makanan. Dengan kolaborasi berbagai pihak, maupun memperkuat kerja sama antara Indonesia dan Korsel, maka potensi tersebut bisa lebih dikembangkan.
’’Aspek budaya kita sangat kuat dan kaya. Butuh upaya masif bukan hanya dari pemerintah, tapi dari seluruh pihak. Beberapa hal yang bisa diperkuat misalnya dari sektor pariwisata yang bisa terus dikembangkan. Atau misalnya kita juga punya banyak serial menarik di berbagai kanal, Netflix misalnya. Itu semua sangat bisa dikembangkan, tentu butuh upaya kuat,’’ tuturnya.
Asisten Professor Universitas Copenhagen Jin Sang-pil menambahkan, selain tergolong negara middle power, Korsel juga identik dengan kekuatan soft power. Itu merupakan kemampuan untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan memikat dan meyakinkan orang lain untuk mengadopsi tujuan yang ingin dicapai.
Kekuatan soft power Korsel tercermin melalui melalui masifnya penyebaran Korean Wave yang ‘menginvasi’ dunia. Korsel memiliki langkah jenius menjadikan soft power sebagai strategi bersinar di kancah internasional.
’’Soft power ini tentu bisa membawa kesuksesan. Ini adalah alat yang ampuh. Soft power bagi Indonesia maupun Korsel merupakan langkah yang penting, terutama di bidang diplomasi,’’ jelas dia. (*)