Halimatus Sadiyah/CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia sering disebut sebagai magnet dunia karena punya ‘harta karun’ berupa sumber daya alam yang melimpah. Setelah diuntungkan dengan booming batu bara selama dua dekade, kini Indonesia diberkahi sumber daya nikel. Hasil tambang tersebut sering disebut ‘harta karun’ yang salah satunya sangat dibutuhkan untuk mewujudkan ekonomi hijau.
Hal ini juga yang membuat Indonesia tampak menarik di mata investor dunia. Ketua KADIN Korea Selatan di Indonesia, Lee Kang Hyun blak-blakan soal betapa Indonesia jadi negara tujuan utama para investor Negeri Ginseng.
“Habis pandemi, banyak pengusaha Korea maunya ke Indonesia, urutan pertama. Saya setiap hari terima 3-4 perusahaan Korea yang mau masuk Indonesia,” ujar Lee, saat menjadi pembicara dalam workshop bertajuk ‘Towards Indonesia-Korea Greener Economy Partnership” yang diselenggarakan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan Korea Foundation, pada Jumat (27/10/2023).
Menurut Lee, banyak perusahaan Korea Selatan tertarik berinvestasi di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, khususnya untuk membangun smart city. Apalagi, Korea punya keunggulan dalam bidang teknologi yang sudah terbukti di dunia. Selain itu, Hyundai, perusahaan otomotif ternama asal Korea, juga sudah berkomitmen untuk membangun ekosistem Electronic Vehicle (EV) di Indonesia.
Hanya saja, menurut Lee, posisi Indonesia yang segera menghadapi tahun politik menghadirkan ketidakpastian ekonomi. Banyak investor Korea menahan diri untuk membuat keputusan bisnis penting karena khawatir jika tiba-tiba ada perubahan kebijakan setelah pemerintahan berganti. Hal ini tentu bisa berbahaya terhadap bisnis mereka.
Lee menambahkan, sikap wait and see investor ini kemungkinan akan berlangsung hingga Juni mendatang.
“Wait and see itu tidak begitu bagus, ya, jadi sebaiknya pemerintah bisa kasih kepastian kepada investor,” ujar pria yang juga menjabat sebagai COO di Hyundai Motor Asia Pacific HQ tersebut.
Sementara itu, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Nurul Ichwan menyebut bahwa transisi pemerintahan tidak akan menghadirkan perubahan kebijakan yang drastis sampai merugikan investor. Secara khusus, dia menyinggung soal kebijakan hilirisasi nikel yang sedang menjadi daya tarik utama Indonesia di mata global. Menurut Ichwan, hal itu tak mungkin diabaikan oleh siapapun presiden baru yang akan terpilih tahun depan.
“Saya yakin tidak akan ada calon pemimpin yang akan mengubah kebijakan hilirisasi industri karena ini satu-satunya bahan negosiasi kita secara global,” ujarnya.
Korea sendiri, menurut catatan BKPM, merupakan salah satu investor paling strategis di Indonesia. Dalam bidang ekonomi hijau, Indonesia dan Korea telah menandatangani mega proyek senilai US$9,8 Miliar atau Rp142 triliun. Megaproyek tersebut merupakan kerja sama antara konsorsium LG dan konsorsium BUMN IBC, yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, Huayou, LX International, Posco Future M, Antam dan IBC.
Langkah awal proyek ini dimulai dari pembangunan pabrik sel baterai di Karawang dengan total investasi sebesar US$1,1 miliar di mana pabrik tersebut akan memproduksi secara komersial sel baterai sebanyak 10 GWh pada April 2024. Selanjutnya investasi mega proyek akan dilanjutkan dengan pembangunan pabrik smelter, prekursor dan katoda, serta kerja sama pertambangan yang saat ini dimiliki ANTAM di Buli, Halmahera.