Memasuki Usia 50 Tahun, Hubungan RI-Korsel Diprediksi Makin Mesra

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul (dok. Sekretariat Presiden)

Jakarta, IDN Times – Deputi Direktur Asia Timur Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Vahd Nabyl A. Mulachela, mengatakan bahwa hubungan Indonesia-Korea Selatan (Korsel) memiliki masa depan yang cerah. Adapun tahun ini relasi kedua negara telah menginjak usia yang ke-50.

Pernyataan Vahd tidak lepas dari fakta bahwa Jakarta-Seoul memiliki banyak kesamaan. Kedua negara juga berbagi kepentingan yang sama, apakah itu di bidang politik, keamanan, ataupun ekonomi.

“Kita punya nilai yang sama seperti demokrasi, hak asasi manusia, keterbukaan ekonomi, keinginan untuk menjaga perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia. Ini adalah sesuatu yang harus kita akui bisa menjadi fondasi hubungan kedua negara,” kata Vahd pada workshop yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bersama Korea Foundation di Bengkel Diplomasi FPCI, Jakarta, Rabu (2/8/2023).

1. Gambaran kedekatan Korsel-Indonesia

Presiden Jokowi bertemu Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Kantor Kepresidenan Yongsan, Seoul (dok. Sekretariat Presiden)

Adapun hubungan Indonesia-Korsel mulai terjalin sejak 1973. Kemudian, relasi kedua negara menjadi Strategic Partnership pada 2006 dan bertransformasi menjadi Special Strategic Partnership pada 2017.

Pada 2023, kedua negara resmi memberlakukan Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA), yang menghapus banyak hambatan perdagangan dan investasi hingga mempermudah pertukaran sumber daya manusia. 

Vahd menambahkan, sejauh mana hubungan antarnegara juga bisa dilihat dari kedekatan para pemimpinnya. Dia pun menyinggung pertemuan antara Presiden Joko “Jokowi” Widodo dengan Presiden Yoon Suk Yeol yang telah terjadi dalam dua tahun terakhir.

“Pertama saat Presiden Jokowi mengunjungi Korea dan kedua saat Presiden Korea datang untuk menghadiri KTT G20. Jadi interaksi antara pemerintah cukup intens,” kata Vahd.

Dalam skala kawasan, Korsel merupakan mitra dialog ASEAN bersama Jepang dan China, yang tergabung dalam platform ASEAN Plus Three.

“Ini menggambarkan Indonesia dengan Korea bukan hanya pada hubungan bilateral, tapi juga regional,” katanya.

2. Tantangan hubungan kedua negara

Deputi Direktorat Asia Timur di Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Vahd Nabyl A. Mulachela (Dok. FPCI)

Demi mewujudkan masa depan yang cerah, Vahd menjelaskan bahwa kedua negara harus lebih fokus untuk menentukan prioritasnya.

“Misalnya Indonesia ingin fokus pada green economy dan berharap Korea bisa terlibat di dalamnya. Kita harus memastikan itu untuk masa depan Indonesia. Sudah ada daftar proyeknya di Bappenas, tinggal bagaimana Korea bisa ikut terlibat di dalamnya,” kata Vahd.

Sementara itu, Pakar Hubungan Internasional Universitas Korea, Jae Hyeok Shin, menyoroti tantangan yang harus diperhatikan oleh Indonesia, salah satunya nilai perdagangan Indonesia-Korsel yang terlampau jauh dengan Vietnam-Korsel.

Jae Hyeok menuturkan, pada 2021 perdagangan Vietnam-Korsel mencapai 80,7 miliar dolar AS (sekitar Rp1,2 kuadriliun). Sementara nilai perdagangan Indonesia-Korsel di tahun yang sama hanya 19,3 miliar dolar AS (sekitar Rp292 triliun).

“Menurut saya ini adalah tantangan bagi hubungan Indonesia-Korea, bahwa perdagangan Korea masih terkonstrentasi kepada Vietnam,” tutur dia.

3. Peluang yang bisa dimanfaatkan untuk merekatkan hubungan RI-Korsel

Pakar Hubungan Internasional Universitas Korea, Jae Hyeok Shin (Dok. FPCI)

Terlepas dari tantangannya, Jae Hyeok juga membeberkan sejumlah peluang yang bisa dimanfaatkan oleh kedua negara, termasuk pembangunan infrastruktur, kolaborasi penelitian, pertukaran pendidikan dan budaya, kerja sama keamanan dan pertahanan, promosi pariwisata, kolaborasi UMKM, hingga inisiatif kebijakan hijau.

“Fokus Indonesia di pengembangan infrastruktur juga bisa jadi kesempatan bagi perusahaan Korea untuk terlibat pembangunan. Edukasi dan budaya bisa merekatkan hubungan people-to-people, sehingga relasi kedua negara bisa dirasakan seluruh lapisan masyarakat,” bebernya.

Pada saat yang sama, Jae Hyeok juga mengapresiasi kepemimpinan Jokowi yang membawa hubungan Indonesia-Korsel lebih erat lagi.

“Kepemimpinan Jokowi untuk mendorong FDI (foreign direct investment), termasuk menandatangani IK-CEPA, sangat fantastis,” ungkapnya.

Dia juga tidak khawatir hubungan kedua negara akan terancam di bawah kepemimpinan baru, mengingat Indonesia akan menggelar pemilu tahun depan.

“Tidak masalah siapapun pemimpin di masa depan, tidak akan berdampak pada investasi Indonesia-Korsel. Karena peran Indonesia yang sangat penting dan kita punya prinsip kerja sama untuk memastikan kolaborasi,” kata Jae Hyeok.

Sumber :

Sumber : https://www.idntimes.com/news/world/vanny-rahman/memasuki-usia-50-tahun-hubungan-ri-korsel-diprediksi-makin-mesra?page=all