Nadia Jovita Injilia Riso, kumparan
Konflik yang terjadi antara Korea Selatan dan Korea Utara masih terjadi hingga saat ini. Semenjak Perang Korea berakhir pada 1953, kedua negara berada dalam posisi gencatan senjata dan masih terlibat dalam sejumlah ketegangan.
Terakhir, Korut memicu ketegangan karena melakukan uji coba rudal dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Presiden Korsel Yoon Suk-yeol pun memerintahkan rencana operasional militer baru untuk menghadapi ancaman senjata nuklir Korut yang semakin agresif.
Peneliti Studi ASEAN-India dari The Institute of Foreign Affairs and National Security (IFANS), Cho Wondeuk, menyoroti peran Indonesia dalam misi perdamaian di Semenanjung Korea. Menurutnya, Indonesia memiliki peran aktif dalam sejumlah isu regional, khususnya dalam misi perdamaian di Semenanjung Korea.
“Anda mungkin ingat di 2018, sebelum perayaan KTT ASEAN-ROK di 2019, Presiden Jokowi membuat saran yang menarik agar ASEAN dan Korea Selatan dapat mengundang Pemimpin Besar Korea Utara Kim Jong-un untuk hadir dalam acara tersebut,” kata Cho dalam Workshop Indonesian Next Generation Journalist Network On Korean yang digelar FPCI dengan tema ‘Assessing Indonesia-Korea Special Strategic Partnership Towards Its 50 Years Diplomatic Relations’, Jumat (26/8) lalu.
“Meski demikian, hal itu tidak terjadi,” lanjutnya.
Terlepas dari Kim Jong-un yang akhirnya tidak diundang dalam KTT ASEAN-ROK di 2019 itu, Cho menilai usaha Jokowi menunjukkan bahwa Indonesia sangat bersemangat untuk berperan dalam membawa hubungan Korea Selatan dan Korea Utara ke arah yang lebih baik.
“Untuk itulah, saya menilai Indonesia sangat penting untuk Korea Selatan, khususnya dalam 50 tahun ke depan,” ungkapnya.
Selain itu, Cho menyoroti sejarah panjang hubungan baik Indonesia dan Korea Utara menjadi salah satu faktor penting peran Indonesia dalam misi perdamaian Semenanjung Korea.
Indonesia dan Korea Utara menjalin hubungan yang cukup baik sejak 1961. Hubungan baik kedua negara ditandai lewat persahabatan Presiden ke-1 RI Sukarno dan mantan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Il-sung.
“Korea Utara memiliki duta besar di Indonesia dan [Indonesia] memiliki duta besar di Pyongyang, dan kedua negara memiliki sejarah yang panjang,” ujarnya.
Atas dasar itulah, Cho menilai Indonesia merupakan salah satu rekan terbaik dan tepercaya antara kedua negara. Menurutnya, Indonesia memiliki peran penting sebagai penengah kedua negara yang masih bersitegang tersebut.
“Ke depan, saya pikir Indonesia dapat menyampaikan negosiasi yang kuat dan dapat mempertemukan kedua Korea [untuk bertemu dan berbicara] mengenai isu Semenanjung Korea. Saya pikir Indonesia memiliki peran penting,” pungkasnya.
Tentang Indonesian Next Generation Journalist Network On Korean
Indonesian Next Generation Journalist Network On Korean adalah program yang digelar Foreign Policy Community in Indonesia (FPCI). Tahun ini merupakan penyelenggaraan Indonesia Next Generation Journalist Network On Korea yang kedua.
Tahun ini, FPCI memilih 15 jurnalis untuk mengikuti workshop yang mendiskusikan masa depan hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan, khususnya dalam menyambut perayaan ke-50 kerja sama kedua negara tahun depan.