Desca Lidya Natalia – Suara.com
Suara.com – Dalam program “The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea” yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan Korea Foundation Jakarta, antara lain dipaparkan strategi pemerintah Korea Selatan dalam mendorong warganya menggunakan kendaraan listrik.
Dikutip dari kantor berita Antara, hadir sebagai salah satu narasumber adalah Suh Yong Chung, dosen International Studies di Korea University.
“Di Korea Selatan tiba-tiba banyak orang yang menggunakan mobil listrik, tahu kenapa? Karena lebih murah. Pemerintah memberikan banyak subsidi kepada kendaraan listrik,” papar Suh Yong Chung.
Selain harga mobil listrik lebih murah, alasan kedua yaitu harga isi ulang baterai listrik juga lebih murah bila dibandingkan dengan BBM. Meskipun durasi pengisian baterai mobil listrik perlu waktu lebih lama dibandingkan mengisi tangki bahan bakar kendaraan dengan bahan bakar bersifat cair.
Alasan ketiga, mobil listrik membuat pengendaranya kelihatan keren. Soal penampilan ini penting, karena manusia memiliki kecenderungan untuk tampil keren.
Suh Yong Chung menambahkan bahwa pemerintah Korsel memberikan banyak subsidi bagi kendaraan listrik. Dan dalam pelaksanaannya, masih ada kejadian pengguna sibuk mencari tempat pengisian ulang baterai mobil listrik.
Namun pemerintah Korea Selatan sudah siap dengan cara memberikan banyak subsidi, dan setelah mengendarai mobil listrik menjadi kebiasaan, maka ongkos secara keseluruhan akan lebih murah dibanding kendaraan berbahan bakar bensin.
Pemerintah Korea Selatan memberikan insentif hingga 19 juta won (sekitar Rp232,6 juta) bagi rakyatnya yang membeli mobil listrik pada 2021. Juga subsidi 37,5 juta won (sekitar Rp459,13 juta) bagi pembeli kendaraan berbahan bahar hidrogen. Tujuannya demi memastikan lebih banyak mobil ramah lingkungan digunakan di negerinya.
Program subsidi kendaraan ramah lingkungan ini adalah bagian dari insiatif “Green New Deal” di bawah pemerintahan Presiden Moon Jae In yang diluncurkan pada Juli 2021. Tujuannya mendorong penggunaan energi terbarukan, infrastruktur dan industri ramah lingkungan, serta mengatasi polusi udara dan air.
Pemerintah Korea Selatan juga memasang target menambah 136 ribu kendaraan listrik dan hidrogen di 2021, serta menambah stasiun isi ulang baterai kendaraan listrik sebanyak 31.500 unit dan 54 stasiun pengisian hidrogen. Sementara target meningkatkan pangsa pasar kendaraan listrik global dari 2,2 persen menjadi 33 persen pada 2030, dengan fokus kendaraan listrik dan hidrogen.
Pada 2019, jumlah kendaraan listrik yang terdaftar di Korsel tumbuh sekitar 15 persen dibandingkan 2018. Dari lebih dari 601 ribu kendaraan ramah lingkungan yang terdaftar secara nasional, 506 ribu adalah mobil hybrid, dan 90 ribu unit adalah kendaraan listrik murni.
Dari kendaraan-kendaraan listrik ini, Hyundai Kona EV yang dirilis 2018 adalah kendaraan listrik terlaris di pasar domestik untuk 2019. Hyundai Motor Company memulai produksi massal kendaraan listrik dan hybrid pada 2009.
Padahal awalnya Hyundai tidak terlalu tertarik untuk memproduksi mobil listrik dan lebih suka memproduksi kendaraan hidrogen. Akan tetapi perusahaan ini mulai menggarap mobil listrik saat Tesla Incorporation berkembang menjadi produsen mobil listrik global.
Suh Yong Chung menyebutkan bahwa Hyundai tidak memproduksi teknologi mobil listrik dari nol.
“Mereka tentu sudah punya modal dan teknologi awal untuk memproduksi mobil listrik, tapi dengan dukungan pemerintah menjadi pendorong bagi Hyundai untuk memperoduksi mobil listrik. Saya sendiri dalam lima tahun ke depan mungkin akan membeli mobil listrik,” tukas Pak Dosen itu.
Ia menyatakan agar industri mobil listrik dapat tumbuh maka pemerintah harus menjadikan industri ini sebagai salah satu mesin pendorong ekonomi nasional.
“Bisa dilakukan secara bertahap, pemerintah dapat berinvestasi ke teknologi menengah lebih dulu lalu bertahap menuju teknologi tinggi sehingga akan lebih mudah menciptakan pasarnya,” pungkas Suh Yong Chung.