Muhammad Rusmadi – Rakyat Merdeka
Rakyat Merdeka – Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan Umar Hadi mendapat gelar sebagai Warga Kehormatan Kota Seoul (Seoul Honorary Citizen), Rabu (2/6/2021).
Upacara pengukuhan dilaksanakan di Seoul City Hall, dipimpin langsung oleh Wali Kota Seoul, Oh Se-hoon.
“Saya sematkan kehormatan ini kepada Duta Besar Umar Hadi, yang telah berkontribusi pada perkembangan Kota Seoul serta kehidupan penduduk Seoul. Memberikan contoh yang sangat baik untuk kedua warga negara dan penduduk asing lainnya,” ucap Wali Kota Oh Se-hoon.
Dia berharap, meski kelak sudah menyelesaikan tugasnya di Negeri Ginseng, Dubes Umar Hadi akan tetap sering mengunjungi Seoul.
“Jika Anda sudah kembali ke Indonesia nantinya, mohon mengunjungi Seoul sesering mungkin. Karena Anda saat ini merupakan Warga Kehormatan Kota Seoul,” lanjutnya, saat menyematkan lencana kehormatan.
Umar Hadi merupakan Dubes Indonesia pertama yang menerima gelar Warga Kehormatan Kota Seoul. Ia dinilai telah berkontribusi besar atas kemajuan hubungan Indonesia dengan Korsel, khususnya dengan Kota Metropolitan Seoul.
Umar juga dianggap telah berperan besar meningkatkan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Korsel. Khususnya investasi perusahaan-perusahaan raksasa Korsel ke Indonesia, memperdalam pertukaran budaya, serta memperkuat hubungan antara masyarakat kedua negara.
“Saya menerima penghargaan ini sebagai apresiasi atas kemitraan yang telah dibangun dengan Pemerintah Kota Metropolitan Seoul,” kata mantan Konsul Jenderal RI di Los Angeles, Amerika Serikat itu.
Dubes Umar Hadi akan mendedikasikan penghargaan tersebut kepada seluruh staf KBRI Seoul.
“Semoga ini akan memberi semangat bagi jajaran KBRI Seoul, meningkatkan kinerja dalam memajukan hubungan kedua negara,” imbuh Dubes yang bertugas di Seoul sejak 2017 ini, dalam keterangan resmi KBRI Seoul, Rabu (2/6/2021).
Proses pemberian gelar Warga Kehormatan Kota Seoul melalui seleksi panitia yang sangat ketat.
Sebagai Warga Kehormatan, Umar berkesempatan berpartisipasi dalam berbagai acara yang diselenggarakan Pemerintah Kota Metropolitan Seoul dan Pemerintah Administratif di bawahnya.
Selain itu, penerima anugerah Warga Kehormatan Kota Seoul juga diberi hak istimewa untuk mengakses berbagai fasilitas di Kota Seoul.
Beberapa tokoh dunia yang telah mendapatkan gelar Warga Kehormatan Kota Seoul adalah mantan Dubes Amerika Serikat (AS) untuk Korsel, Christopher R Hill (2005); aktor China, Jacky Chan (1999); Presiden Joko Widodo (2016); Presiden Estonia Kersti Kalijulaid (2018); mantan Dubes China untuk Korsel, Qiu Guohong (2019); dan Raja Spanyol King Felipe VI (2019).
Upaya mempererat hubungan bilateral Indonesia-Korsel memang terus ditingkatkan. Termasuk yang dilakukan dalam rangkaian kerjasama antara Korea Foundation (KF) Jakarta dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).
Korea Foundation (KF), dikutip dari laman resminya https://www.kf.or.kr, adalah yayasan yang didirikan untuk mempromosikan kesadaran dan pemahaman yang tepat tentang Korea. Juga, untuk meningkatkan niat baik dan persahabatan di seluruh komunitas internasional melalui beragam kegiatan pertukaran internasional.
Pada 2 Oktober 2019, dikutip dari laman http://world.kbs.co.kr, KF secara resmi membuka kantor cabangnya di Jakarta. Kantor cabang ini berperan sebagai pusat urusan diplomatik umum terhadap sejumlah negara, yang merupakan bagian ‘Kebijakan Baru ke Arah Selatan’ yang didorong oleh Pemerintah Korea Selatan.
Kantor cabang Jakarta ini merupakan kantor cabang KF yang ke-9, setelah Jerman, Rusia, Amerika Serikat, Vietnam, Jepang, China, dan lainnya.
Pihak KF dalam acara pembukaan kantor cabang Jakarta menyatakan, Indonesia merupakan mitra Korea Selatan yang berpotensi dan kantor cabang Jakarta akan mengambil peran sebagai penggerak pertumbuhan di bidang urusan diplomatik umum.
Sementara FPCI, juga sebagaimana dijelaskan pada laman resminya, adalah lembaga yang didirikan untuk membahas dan memperkenalkan isu-isu hubungan internasional kepada banyak pihak terkait di Indonesia, seperti diplomat, duta besar, pejabat pemerintah, akademisi, peneliti, bisnis, media, dosen, think tank, mahasiswa hingga media.
Didirikan pada 2014 oleh Dr. Dino Patti Djalal (Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat –periode Agustus 2010 hingga 17 September 2013– dan Wakil Menteri Luar Negeri sejak Juli hingga Oktober 2014), FPCI dibentuk untuk mengembangkan internasionalisme Indonesia, agar lebih mengakar di seluruh nusantara dan memproyeksikan dirinya ke seluruh dunia.
Salah satu bentuk kerjasama antara Korea Foundation (KF) Jakarta dan FPCI adalah diluncurkannya program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea pada 2021.
Program ini, sebagaimana dijelaskan di https://www.indonesia-koreajournalist.net, merupakan wadah bagi para jurnalis profesional Indonesia untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang hubungan Indonesia-Korea.
Setiap tahun, program ini akan mempertemukan 10 jurnalis terpilih untuk menjalani program peningkatan kapasitas. Wartawan yang berpartisipasi ini mengikuti serangkaian lokakarya di Jakarta, dan berkesempatan berdialog intensif dengan para akademisi, pembuat kebijakan, dan praktisi Indonesia dan Korea Selatan.
Program ini juga memungkinkan para jurnalis berkunjungan selama sepekan ke Korea Selatan. Selama program, jurnalis didorong memasuki wacana publik melalui publikasi analisis artikel. Tujuannya, untuk meningkatkan pemahaman tentang Korea secara terukur di kalangan masyarakat Indonesia, dengan memperkaya diskusi tentang tema-tema Korea dan hubungan Indonesia-Korea ke dalam wacana publik.
Sementara pendiri dan Ketua FPCI Dr Dino Patti Djalal, dikutip dari laman https://www.indonesia-koreajournalist.net/ mengaku senang, karena dapat membangun kemitraan antara FPCI dan Korea Foundation. Terutama dalam mengembangkan jaringan jurnalis Indonesia yang akan berfokus pada isu-isu Korea dan hubungan Indonesia-Korea.
Terlebih, ujarnya, pandemi Covid-19 telah mempercepat multipolaritas tatanan dunia, yang telah memberikan dorongan yang lebih besar bagi kekuatan menengah seperti Indonesia dan Korea Selatan untuk lebih berperan aktif dalam urusan internasional.
“Indonesia dan Korea Selatan kini terikat oleh kemitraan strategis khusus. Dapat dipastikan bahwa kedua negara akan semakin dekat ke depan melalui interaksi diplomatik, ekonomi, sosial dan budaya yang lebih kuat,” tegas salah satu peserta Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat pada September 2013 ini.
Lagi pula, lanjutnya, tidak ada beban politik atau sejarah antara Indonesia dan Korea Selatan.
Di saat kemitraan KF Jakarta-FPCI tumbuh, dan sebagai sesama negara demokrasi, jelas doktor bidang Hubungan Internasional jebolan London School of Economics and Political Science itu lagi, media memainkan peran penting dalam membentuk persepsi dan kebijakan di kedua sisi.
“Karena itu, penting untuk memiliki kumpulan jurnalis Indonesia yang berdedikasi yang memahami isu-isu Korea, dan yang memahami visi, strategi, dan tantangan Korea Selatan. Kekuatan pena mereka tentu akan memperkaya konteks serta isi hubungan Korea-Indonesia dalam segala dimensinya,” pungkas putra diplomat Indonesia ternama dan ahli hukum laut internasional, Hasyim Djalal ini.
Gelombang pertama program ini digelar sejak Maret hingga Desember 2021, yang secara umum membahas tema “Kerjasama Indonesia-Korea Selatan di Panggung Global” dan telah menyelesaikan enam lokakarya.
Lokakarya yang digelar secara daring dan luring dari Bengkel Diplomasi, (Sekretariat FPCI) Jakarta ini diikuti oleh 10 peserta The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea ini, yakni Muhammad Rusmadi (Rakyat Merdeka/RM.id).
Kemudian Adhitya Ramadhan (Kompas), Ana Noviani (Bisnis Indonesia), Desca Lidya Natalia (Antara), Dian Septiari (The Jakarta Post), Idealisa Masyrafina (Republika), Laela Zahra (Metro TV), Riva Dessthania (CNN Indonesia), Suci Sekarwati (Tempo) dan Tanti Yulianingsih (Liputan6.com).