Profesor Korea Ungkap Rahasia K-pop & K-drama Bisa Mendunia

Foto: Korean Air meluncurkan pesawat khusus yang didedikasikan untuk mendukung Busan World Expo 2030 Korea selama acara yang diadakan di Bandara Incheon pada hari Rabu. (Instagram @koreanairworld)

Jakarta, CNBC Indonesia – Korea Selatan memiliki ‘harta kartun’ yang dikenal dengan sebutan Hallyu atau Korean Wave, sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan popularitas konten hiburan produksi Negeri Ginseng di dunia internasional.

Siapa yang tak tahu grup K-pop BTS dan BLACKPINK? Meskipun bukan penikmat musik K-pop, kemungkinan besar Anda pernah mendengar dua nama besar tersebut.

Bicara soal Korean drama (K-drama), Netflix berani jor-joran berinvestasi untuk memproduksi lebih banyak lagi film dan drama Korea pada 2023 ini. Menurut data terbaru, platform streaming asal AS tersebut akan menggelontorkan US$ 2,5 miliar atau sekitar Rp 37,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.930 per US$) untuk konten-konten film dan drama Korea Selatan. Tentu saja, langkah ini dilakukan Netflix karena popularitas konten hiburan Korea Selatan sudah terbukti berhasil ‘menghipnotis’ dunia.

Foto: BTS di Gedung Putih, AS (AP Photo/Evan Vucci)

Dilihat dari kacamata diplomasi, Korea Selatan menjadikan fenomena global Hallyu ini sebagai soft diplomacy untuk mengenalkan negaranya lewat pendekatan budaya. Langkah ini sukses besar. Korea Selatan punya image yang relatif positif di mata warga dunia. Hebatnya, ekspor Hallyu – misalnya, dari game, musik dan serial TV – juga memiliki dampak yang luar biasa pada ekonomi Korea Selatan.

Lantas, apa rahasia di balik kesuksesan tersebut?

Profesor Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Korea University, Jae Hyeok Shin mengungkap bahwa ada perjalanan panjang selama 20 tahun sebelum Korean wave berada di titik saat ini. Menurut pengamatannya, sebelum Korea, Jepang lah yang memiliki kekuatan itu hingga setidaknya tahun 1999.

“Sepuluh tahun yang lalu, tidak ada orang Korea yang menyangka ini bisa terjadi,” ujarnya, saat menjadi pembicara dalam workshop bertajuk Building Bridges: Assessing the Past and Shaping the Future of Indonesia-Korea Relations yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) bekerja sama dengan Korea Foundation, pada Rabu (2/8/2023).

Menurut Profesor Shin, pada mulanya Korea belajar dari Jepang yang sudah lebih unggul dengan J-pop mereka. Korea belajar bagaimana membuat lagu dan film seperti Jepang, termasuk juga seluk-beluk bisnis hiburan agar bisa sukses dikenal warga dunia. 

Selain itu, lanjut Profesor Shin, Pemerintah Korea juga berani menggelontorkan dana investasi yang besar untuk mendukung pekerja kreatif agar bisa memproduksi konten hiburan yang berkualitas. Dari situ, barulah investor swasta masuk dan ikut menanamkan modalnya untuk menggarap bisnis ini secara serius. 

Pemerintah Korea percaya bahwa budaya pop bisa menjadi ‘senjata’ ampuh untuk menguntungkan sektor ekspor negara sekaligus meningkatkan diplomasi soft power mereka.

Foto: Parasite Oscar 2020. (Photo by Jordan Strauss/Invision/AP)

Kerja keras ini berbuah manis. Perlahan tapi pasti, K-pop mengungguli J-pop. Lagu-lagu yang dibawakan idol Korea Selatan mulai merangkak naik ke tangga lagu global. Bahkan, beberapa musisi K-pop ternama mencatatkan rekor yang tak pernah dicapai sebelumnya.

Pun begitu dengan film dan drama produksi Negeri Ginseng. Film Parasite (2019), yang disutradarai Boon Joon Ho, memenangkan Piala Oscar 2020. Ini adalah pertama kalinya film non-Hollywood mendapat penghargaan bergengsi tersebut.

Peluang kolaborasi kebudayaan Indonesia-Korea

Berkaca dari kesuksesan K-pop, Professor Shin memandang bahwa hal yang sama sangat mungkin diraih Indonesia jika ingin serius menggarap industri hiburannya.

Apabila ingin mengikuti langkah yang diambil Korea, maka pemerintah harus berani berinvestasi, baik dalam bentuk dana maupun sumber daya manusia, di industri hiburan agar Indonesia bisa memproduksi konten berkualitas dunia. 

“Saya kira Indonesia bisa melakukan itu kalau pemerintah melakukan investasi di tempat yang tepat,” kata dia.

Peluang untuk menggarap sektor hiburan Tanah Air agar bisa mengikuti kesuksesan Korea terbuka lebar. Apalagi, Indonesia dan Korea Selatan sudah menjalin hubungan bilateral erat, yang pada tahun ini sudah menginjak usia 50 tahun. 

Profesor Shin secara khusus menyebut bahwa kolaborasi kebudayaan, termasuk K-pop, sebagai peluang kerja sama yang sangat mungkin digarap oleh Indonesia dan Korea. Apalagi, potensi ekonomi di baliknya juga sangat besar dan bisa menguntungkan masyarakat di kedua negara.

Sumber : https://www.cnbcindonesia.com/lifestyle/20230805133451-33-460445/profesor-korea-ungkap-rahasia-k-pop-k-drama-bisa-mendunia