Laela Zahra – Medcom.id
Jakarta: Indonesia sebagai negara maritim terbesar di dunia memiliki potensi meningkatkan sumber ekonomi biru, di bidang kelautan dan perikanan. Indonesia dan Korea Selatan telah bekerja sama di bidang penelitian ini sejak 2011, untuk mengembangkan teknologi dan membangun tata kelola kelautan dan perikanan yang lebih baik.
Co-Director of the Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center (MTCRC) Hansan Park mengatakan, kedua negara telah melakukan banyak penelitian bersama. Di antaranya pengembangan sistem operasional peramalan oceanografi, pembentukan stasiun validasi satelit optik, pengembangan energi laut, dan manajemen limbah laut.
“Kita juga mengembangkan proyek satelit laut berupa pembentukan sistem aplikasi pengelolaan perairan Indonesia, menggunakan satelit geostationary Korea,” ujar Park, dalam workhop Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea yang diselenggarakan oleh Foreign Policy Community of Indonesia, dikutip Rabu, 22 Desember 2021.
Untuk meningkatkan kekuatan ekonomi biru, hasil penelitian harus menjadi perhatian. “Penting bagi pemerintah membaca hasil penelitian,” kata Park.
Tata kelola kelautan dan perikanan yang baik, menurutnya akan memberikan banyak manfaat bagi Indonesia untuk meningkatkan produktivitas perikanan, dan mengatasi dampak perubahan iklim.
Sayangnya, di Indonesia manajemen limbah masih belum optimal. “Ini bukan hanya masalah limbah laut, ini dimulai dari kebiasaan masyarakat, lalu juga dalam manajemen limbah, dan daur ulang (recycling) limbah,” kata Park.
Dalam misi ini, kedua negara juga telah melaksanakan gerakan bersih pantai di Cirebon, Jawa Tengah, yang mengikutsertakan berbagai elemen masyarakat, dan berhasil mengumpulkan satu ton sampah.
Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia, Rokhmin Dahuri, mengatakan potensi produksi perikanan Indonesia lebih dari satu juta ton per tahun. Angka ini yang tertinggi di dunia, namun dampak perubahan iklim perlu diantisipasi.
“Dampak perubahan iklim pada perikanan dirasakan pada peningkatan suhu air, karena ikan di daerah tropis memiliki kemampuan adaptasi terhadap peningkatan suhu air yang sangat rendah. Sejak lima tahun terakhir, pelaku budi daya ikan telah menyiapkan spesies baru yang tahan terhadap peningkatan suhu air,” terang Rokhmin.