Muhammad Rusmadi – Rakyat Merdeka
Rakyat Merdeka – Batik Indonesia makin lama tambah dikenal luas di dunia internasional. Ini tak lain karena gencarnya promosi yang dilakukan para diplomat di negara penugasan mereka. Salah satunya, seperti yang dilakukan Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi yang ditempatkan di Seoul.
Berkolaborasi dengan fashion designer Iwan Tirta, Kedutaan Besar Indonesia di Seoul meluncurkan diplomasi Batik bertema “Batik Indonesia to the World“. Acara ini digelar dua hari berturut-turut, yakni pada 18 dan 19 April.
KBRI Seoul dan Iwan Tirta Private Collection serentak menayangkan konten promosi Batik di akun media sosial KBRI Seoul @kbri_seoul dan Iwan Tirta Private Collection @iwantirta_batik.
Acara ini sekaligus menandai peringatan hari lahir Iwan Tirta, dan sebagai bentuk dukungan, bahwa Tahun 2021 sebagai Tahun Internasional untuk Ekonomi Kreatif bagi Pembangunan Berkelanjutan.
“Nama Iwan Tirta identik dengan kemeja batik bergaya modern yang dikenakan pria Indonesia setiap hari. Bagi kami sekeluarga, batik karya Iwan Tirta merupakan wearable arts,” kata Duta Besar Indonesia untuk Korsel Umar Hadi, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (18/4/2021).
Dalam kampanye Batik Indonesia to the World, Umar Hadi mengenakan kemeja batik dengan motif Ksatryan Gurdo Manggar. Motif itu menyiratkan pesan tentang harapan agar menjadi pemimpin yang tangguh dan mengayomi, sehingga tercapai kesuksesan di kemudian hari.
Sementara sang istri, Nila, mengenakan kain batik dengan motif Sawunggaling Parang. Motif ini melambangkan harapan untuk menjadi pribadi perempuan yang tekun dan anggun sekaligus bijaksana, tak hanya sebagai istri dan ibu, tapi juga pemimpin di komunitasnya.
Dengan mengenakan batik, mantan Konsul Jenderal RI di Los Angeles, Amerika Serikat itu, juga melakukan sesi pemotretan di beberapa lokasi ikon kota Seoul. Seperti di Istana Gyeongbokgung, Istana Deoksogung dan KBRI Seoul.
Umar Hadi dikenal sebagai seorang aficionado (penggemar) Batik, alias orang yang mempunyai pengetahuan tentang Batik. Dia pun gencar melakukan Diplomasi Ekonomi Kreatif melalui promosi subsektor Batik dan fashion.
Pada akhir 2020, KBRI Seoul menerima Rekor Dunia dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai Perwakilan Republik Indonesia yang pertama melakukan pagelaran “Buy Batik, Wear The Art and Respect The Artist”, untuk mendukung Usaha Mikro Kecil Menengah Batik.
KBRI Seoul juga memfasilitasi penjualan batik secara daring melebihi Rp 1 miliar. Hal ini dilanjutkan dengan pameran mini Hutan Batik Indonesia yang ditayangkan stasiun TV Arirang di Korsel, menyambut tahun baru Korea 2021, Seollal.
Kecintaan Umar Hadi pada batik tentu juga karena dukungan sang istri. Sebagai Ketua Dharma Wanita Persatuan KBRI Seoul, Nila Umar Hadi kerap menyelenggarakan kegiatan promosi budaya, yang memperkenalkan potensi budaya dari 34 propinsi di Tanah Air.
Sebagai tuan rumah, aku Nila, di Wisma Indonesia, pihaknya memastikan menampilkan karya-karya batik dalam bentuk dekorasi rumah, alat makan, serta yang terpenting, alat-alat pembuatan Batik seperti canting, cap, kain putih. Bahkan wajan tradisional untuk memanaskan lilin. “Sehingga tamu-tamu yang berkunjung dapat menyaksikan teknik pembuatan Batik,” tandasnya.
Upaya mempererat hubungan bilateral Indonesia-Korsel memang terus ditingkatkan. Termasuk yang dilakukan dalam rangkaian kerjasama antara Korea Foundation (KF) Jakarta dan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).
Korea Foundation (KF), dikutip dari laman resminya https://www.kf.or.kr, adalah yayasan yang didirikan untuk mempromosikan kesadaran dan pemahaman yang tepat tentang Korea. Juga, untuk meningkatkan niat baik dan persahabatan di seluruh komunitas internasional melalui beragam kegiatan pertukaran internasional.
Pada 2 Oktober 2019, dikutip dari laman http://world.kbs.co.kr, KF secara resmi membuka kantor cabangnya di Jakarta. Kantor cabang ini berperan sebagai pusat urusan diplomatik umum terhadap sejumlah negara, yang merupakan bagian ‘Kebijakan Baru ke Arah Selatan’ yang didorong oleh Pemerintah Korea Selatan.
Kantor cabang Jakarta ini merupakan kantor cabang KF yang ke-9, setelah Jerman, Rusia, Amerika Serikat, Vietnam, Jepang, China, dan lainnya.
Pihak KF dalam acara pembukaan kantor cabang Jakarta menyatakan, Indonesia merupakan mitra Korea Selatan yang berpotensi dan kantor cabang Jakarta akan mengambil peran sebagai penggerak pertumbuhan di bidang urusan diplomatik umum.
Sementara FPCI, juga sebagaimana dijelaskan pada laman resminya, adalah lembaga yang didirikan untuk membahas dan memperkenalkan isu-isu hubungan internasional kepada banyak pihak terkait di Indonesia, seperti diplomat, duta besar, pejabat pemerintah, akademisi, peneliti, bisnis, media, dosen, think tank, mahasiswa hingga media.
Didirikan pada 2014 oleh Dr. Dino Patti Djalal (Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat –periode Agustus 2010 hingga 17 September 2013– dan Wakil Menteri Luar Negeri sejak Juli hingga Oktober 2014), FPCI dibentuk untuk mengembangkan internasionalisme Indonesia, agar lebih mengakar di seluruh nusantara dan memproyeksikan dirinya ke seluruh dunia.
Salah satu bentuk kerjasama antara Korea Foundation (KF) Jakarta dan FPCI adalah diluncurkannya program Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea pada 2021.
Program ini, sebagaimana dijelaskan di https://www.indonesia-koreajournalist.net, merupakan wadah bagi para jurnalis profesional Indonesia untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang hubungan Indonesia-Korea.
Setiap tahun, program ini akan mempertemukan 10 jurnalis terpilih untuk menjalani program peningkatan kapasitas. Wartawan yang berpartisipasi ini mengikuti serangkaian lokakarya di Jakarta, dan berkesempatan berdialog intensif dengan para akademisi, pembuat kebijakan, dan praktisi Indonesia dan Korea Selatan.
Program ini juga memungkinkan para jurnalis berkunjungan selama sepekan ke Korea Selatan. Selama program, jurnalis didorong memasuki wacana publik melalui publikasi analisis artikel. Tujuannya, untuk meningkatkan pemahaman tentang Korea secara terukur di kalangan masyarakat Indonesia, dengan memperkaya diskusi tentang tema-tema Korea dan hubungan Indonesia-Korea ke dalam wacana publik.
Sementara pendiri dan Ketua FPCI Dr Dino Patti Djalal, dikutip dari laman https://www.indonesia-koreajournalist.net/ mengaku senang, karena dapat membangun kemitraan antara FPCI dan Korea Foundation. Terutama dalam mengembangkan jaringan jurnalis Indonesia yang akan berfokus pada isu-isu Korea dan hubungan Indonesia-Korea.
Terlebih, ujarnya, pandemi Covid-19 telah mempercepat multipolaritas tatanan dunia, yang telah memberikan dorongan yang lebih besar bagi kekuatan menengah seperti Indonesia dan Korea Selatan untuk lebih berperan aktif dalam urusan internasional.
“Indonesia dan Korea Selatan kini terikat oleh kemitraan strategis khusus. Dapat dipastikan bahwa kedua negara akan semakin dekat ke depan melalui interaksi diplomatik, ekonomi, sosial dan budaya yang lebih kuat,” tegas salah satu peserta Konvensi Calon Presiden dari Partai Demokrat pada September 2013 ini.
Lagi pula, lanjutnya, tidak ada beban politik atau sejarah antara Indonesia dan Korea Selatan.
Di saat kemitraan KF Jakarta-FPCI tumbuh, dan sebagai sesama negara demokrasi, jelas doktor bidang Hubungan Internasional jebolan London School of Economics and Political Science itu lagi, media memainkan peran penting dalam membentuk persepsi dan kebijakan di kedua sisi.
“Karena itu, penting untuk memiliki kumpulan jurnalis Indonesia yang berdedikasi yang memahami isu-isu Korea, dan yang memahami visi, strategi, dan tantangan Korea Selatan. Kekuatan pena mereka tentu akan memperkaya konteks serta isi hubungan Korea-Indonesia dalam segala dimensinya,” pungkas putra diplomat Indonesia ternama dan ahli hukum laut internasional, Hasyim Djalal ini.
Gelombang pertama program ini digelar sejak Maret hingga Desember 2021, yang secara umum membahas tema “Kerjasama Indonesia-Korea Selatan di Panggung Global” dan telah menyelesaikan enam lokakarya.
Lokakarya yang digelar secara daring dan luring dari Bengkel Diplomasi, (Sekretariat FPCI) Jakarta ini diikuti oleh 10 peserta The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea ini, yakni Muhammad Rusmadi (Rakyat Merdeka/RM.id).
Kemudian Adhitya Ramadhan (Kompas), Ana Noviani (Bisnis Indonesia), Desca Lidya Natalia (Antara), Dian Septiari (The Jakarta Post), Idealisa Masyrafina (Republika), Laela Zahra (Metro TV), Riva Dessthania (CNN Indonesia), Suci Sekarwati (Tempo) dan Tanti Yulianingsih (Liputan6.com).